PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Thursday, June 16, 2011

INSPIRASI INDONESIA DAN GLOBAL

GLOBAL VILLAGE

Inspirasi etnik pada label fashion internasional dari berbagai bangsa du dunia menginspirasi kreativitas untuk bereksplorasi kekayaan bangsa sendiri

Panggung peragaan busana label internasional yang mempresentasikan koleksi perancang setiap musimnya sering mengambil nuansa etnik atau tribal sebagai tema besar atau inspirasi koleksi busana. Untuk busana wanita kreasi desainer label kelas satu nuansa etnik kerap ditemukan, mereka menggelar kain-kain bernafas tradisional dengan cara dan karakter rumah mode tersebut. Bahkan beberapa desainer fashion sebelum mencoba untuk menggarap kain-kain atau potongan busana tradisional dari berbagai bangsa di dunia, mereka kadang harus melakukan riset melalui perjalanan ke daerah yang menjadi inspirasi tersebut. Beberapa riset melalui buku sejarah, wawancara dengan para penduduk asli suatu daerah yang dituju hingga ke ahli antropologi juga dilakukan oleh desainer atau tim kreatifnya. Beberapa desainer yang kerap mempraktikan cara seperti itu yaitu John Galliano dan Jean Paul Gaultier, kedua desainer ini sering menjadikan inspirasi budaya global sebagai tema dari rancangannya. Setelah memiliki kain asli atau busana dari suku bangsa tertentu, beberapa label fashion dunia mencoba menggelarnya dengan koleksi busana bergaya tren terkini. Bahkan beberapa label juga memproduksi material baru di pabrik sendiri-bagi yang sudah memiliki tempat produksi tekstil sendiri- atau perusahaan tekstil ternama untuk menggelarnya di material yang lebih mewah dan nyaman. Pengembangan desain pada motif atau potongan busana juga kadang ditumpahkan dengan gaya dan pewarnaan masa kini atau disesuaikan dengan DNA rumah mode tersebut. Tim kreatif desainer fashion dunia tersebut berani menembus batasan-batasan dari aturan kaku yang ada pada suatu kain dan potongan busana yang kadang menyimpan filosofi mendalam bahkan sakral pada selembar kain tradisional.

Dari presentasi busana beberapa koleksi pria banyak menjadi “lahan tumpahan” inspirasi etnik. Busana koleksi fashion musim gugur dan dingin kerap melansir koleksi bernapas tribal, beberapa label John Galliano, Alexander McQueen, Vivienne Westwood, Dries Van Noten, Jean Paul Gaultier beberapa kali ditemukan dengan ide tersebut. Untuk koleksi musim gugur dan dingin tahun ini hingga 2012 beberapa label turut melansir koleksi dengan detail atau aksen etnik secara global baik pada material atau potongan busana. Kita tahu bahwa Indonesia plural suku bangsanya dengan warisan kain-kain adati hingga busana tradisionalnya yang kaya. Esquire pun menccoba merangkum dan menilik beberapa label internasional yang mempraktikannya ide gaya etnik pada koleksi busananya. Dan berdasar pada koleksi label internasional tersebut, Esquire mencoba untuk mengadaptasinya dengan beragam kain-kain tanah air.

GOING EAST

Rei Kawakubo desainer fashion label Comme des Garcons kelahiran Jepang yang kini berbasis di Paris, musim ini melansir koleksi busana dengan garis rancangannya yang berpotongan oversize dan individual. Label ini mengeksekusi material dan motif Cina dengan gayanya yang eksentrik.

Coba adaptasi ide desain tersebut dengan mengganti material pada jaket dan celana tersebut dengan batik dari Jambi, tenun ikat Lombok hingga songket Palembang dengan material katun sutera yang nyaman.

A NEW BATIK

Dari Paris, label Givenchy kreasi Ricardo Tisci, Lanvin dari rancangan Oliver Ossendrijver dan Petro hadir dengan permaianan motif. Beberapa desain berpotongan klasik hadir dengan pemaianan komposisi corak, efek gradasi dan aksen washed hingga patchwork.

Eksplorasi kain batik paling mudah dan sudah dikenal oleh banyak khalayak. Dari ragam motif batik beberapa daerah di tanah air kita bisa menggarapnya pada potonganbusan atau digunakan sebagi inspirasi saja. Coba pilih corak batik Madura dengan figur hewan yang khas untuk detail corak pada bagian atas kemeja saja. Sedangkanmaterial batik Megamendung asal Cirebon diproses dengan aksen washed atau gradasi untuk tampilan lebih unik. Untuk batik Solo atau Jogja bisa hanya dijadikan detail patchwork pada atasana atau bawahan.

STAR IN STRIPES

Corak garis desainer oleh Roberto Cavalli, Agnes B., Raf Simons dijadikan sebagai setelan jas, luaran bergaya kimono dan atasan bermaterial cashmere. Sedangkan aksen gradasi hadir pada koleksi Dries Van Noten. Yohji Yamamoto malah mencoba garis tipis pada bawahan celana bergaya volume.

Garis adalah motif yang mungkin paling mudah Anda adaptasi, jangan melulu mencoba motif garis dengan pilihan yang membosankan. Coba terapkan motif garis pada kain lurik Jawa dengan pilihan warna cerah atau kombinasi yang spesial bahkan dengan material baru seperti diatas katun, wol hingga sutera.

OUT OF THE BOX

Kotak-kotak yang hadir pada koleksi John Galliano, Givenchy, Woolrich, Viktor& Rolf dan Versace hadir pada elemen fashion yang berbeda dengan desain modern dan inovatif

Coba adaptasi material kotak-kotak dengan motif yang khas dimiliki oleh kain atau sarung samarinda.

TRIBAL GATHERING

Semarak motif yang hadir pada luaran blazer, jaket atau rompi panjang Junya Watanabe, Dries van Noten, John Galliano bisa dijadikan inspirasi, beberapa motif ada yang digelar secara total pada badan atasan dan ditambahkan aksen pada bagian busana dengan material polos bahkan dekoratif sekalipun.

Motif pengulagan, semarak dan penuh warna pada ulos Batak hingga songket Palembang bisa diadaptasi bagi luaranjaket atau blazer. Sedangkan motif-motif primitif seperti kain stenun ikat Lombok danlombok bisa dijadikan sebagai aksen bagian depan jaket maupun blazer.

HERITAGE FEET

Pada potongan busana seperti celana gembung, bawahan bergaya sarung, jaket trapeze, coat bersiluet egg, coat berpola trapeze dan luaran rompi panjang berdetail draperi hadir pada ragam inspirasi potongan busana tradisional suku bangsa di Indonesia seperti dari Madura, Sumatera, Minahasa, Minagkabau, suku Tengger di daerah Gunung Bromo dan lain sebagainya. Bagaimana jika Anda mencoba sebaliknya?

No comments:

Post a Comment