PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Thursday, October 21, 2010

Ketika mode dan seni saling bercumbu.

Hal-hal yang indah menjadi tonggak sebuah mode. Indah pun sangat plural bagi seorang penikmatnya. Ada yang meluhurkan karya Valentino, ada juga yang memuja-puji Vivienne Westwood. Dunia lainnya, seperti seni juga menyuarakan hal yang sama. Namun kelasnya pun berbeda juga, ada yang mengikuti kelasnya Michelangelo seperti saya, atau tekun menyaksikan kelasnya Mondrian. Semua sama-sama memiliki mimpi, menjadikan karya yang menggembirakan jiwa. Jika, individu lain juga serasa, itu merupakan suatu prestasi.

Rumah mode kebanggaan Prancis, Louis Vuitton menelurkan sebuah pernikahan mode dan seni. Salah satu mempelainya Stephen Sprouse dan memikat Marc Jacobs untuk meminangnya. Dulu di akhir 90-an mereka bersukacita bersama di bawah kerlip lampu disko dan keriaan kaum orang kreatif yang uang sudah membayanginya. Siapa sangka sebuah budaya jalanan layaknya grafiti berpalet riang ataupun coretan-coretan kasar dan tegas meniduri benda-benda mode atau logo-logo legendaris Louis Vuitton? Kata pepatah lama, jatuh cinta memang tak memandang bulu. Elegansi yang kadang lahir teratur dan kesan berontak yang anti ditatar bisa saja bersinergi, menjadikan suatu hal baru dan penikmatnya yang baru pula. Dan suatu yang baru itu pun diharapkan memberikan arti indah yang semakin kaya.

Adi Surantha

*Opening party Louis Vuitton Global Store, Plaza Indonesia. 2008