DESIGNERS
ON STAGE
Ladies,
sembilan perancang busana tanah air yang tergabung di Ikatan
Perancang Mode Indonesia (IPMI) mempresentasikan tawaran tren 2013
dengan energi baru. Siapa saja mereka? Cosmo merangkumnya
untuk Anda.
CARMANITA
Batik
menjadi lahan kreativitas desainer yang membangun label fashionnya
sejak 1987 ini. Carmanita mencoba merancang busana dengan material
batik yang bisa digemari anak muda atau yang berjiwa muda. Karakter
desainnya yang hadir melalui permainan layer, detail drapery dan
volume membuat elemen batik menjadi lebih easy,
dinamis dan stylish. Perjalanan
kariernya diwarnai dengan komitmen untuk melestarikan ragam tekstil
Indonesia, beberapa material dan ciri khas Indonesia banyak mengisi
koleksi peragaan cucu dari pencipta lagu legendaris Ibu Soed. Koleksi
berdaya pakai tinggi dan material yang nyaman, membuat koleksinya
kini dikenakan setiap wanita lintas generasi.
VALENTINO
NAPITUPULU
Bergabung
dengan IPMI sejak tahun 1993 membuat perancang yang mencintai
desainer Valentino Garavani dan Ellie Saab semakin matang dalam
berkarya. Kreasinya kental dengan ragam detail yang dekoratif dan
elegan untuk mengakomodir ragam busana pesta wanita. Bunga yang
menjadi objek inspirasi koleksinya untuk peragaan IPMI semakin
memantapkan koleksi gaun koktil yang membuat wanita semakin terlihat
feminin. “Cara berbusana yang tepat adalah yang bisa menonjolkan
kelebihan kita dan mengurangi kekurangan kita” ungkapnya pada
Cosmo.
ERA SOEKAMTO
Desainer fashion lulusan
Lasalle Singapura ini sempat mendirikan label pertamanya yang bernama
Urban Crew yang dimminati banyak kalangan muda di awal tahun 2000an.
Sempat menjadi pengajar fashion di salah satu sekolah mode Jakarta,
desainer yang gemar mendesain ilustrasi fashion ini pun melansir
label atas namanya sendiri yaitu Era Soekamto yang mengeksplorasi
kekayaan tradisi Indonesia. Selain berkreasi untuk label
utamanya,kini desainer yang sempat menjadi runner up Asian Young
Designer Contest Singapore ini juga menjadi konsultan desain bagi
label Iwan Tirta.
BARLI ASMARA
Detail
dekoratif yang mengedepankan kerajinan tangan hampir mewarnai
beberapa koleksinya dalam 3 tahun terakhir ini. Belajar fashion
secara otodidak tak membuat desainer kelahiran Bandung ini kehabisan
ide dalam merancang. “Traveling dan buku-buku selalu menginspirasi
saya dalam merancang busana” katanya pada Cosmo. The
Fringe yang menjadi tajuk koleksi desainer yang bergabung di IPMI
pada 2010 ini membuktikan kepiawaiannya pada craftsmanship
yang semakin matang.
TUTY CHOLID
Desainer kelahiran tahun
1959 ini di awal kariernya gemar menggarap material sutra, kain
sulaman tapis dan tenunan songket. Gaya etnik yang ditawarkan hadir
dengan nuansa modern dengan garis rancang berpotongan structured yang
kental. Tekstur pada material yang biasa hadir pada selembar kain
diganti dengan teknik crochet oleh desainer yang melansir labelnya
sejak 1986 ini. Di presentasi IPMI, koleksinya tak hanya hadir dengan
ragam tekstil Indonesia, beberapapotongan kebaya dikemas dalam
rancangan busana yang modern dan fashionable.
LILIANA LIM
Sejak mewakili Indonesia
di ajang Asian Young Designer 1997 , wanita yang belajar fashion di
Futura Fashion Center Jakarta ini mulai bergabung di IPMI pada 1999.
Kreasinya yang bergaya feminin banyak hadir pada koleksi gaun koktil.
Permainan warna, detail glamor dan nuansa sexy banyak hadir untuk
ragan gaun malamnya. Selain koleksi siap pakai, desainer kelahiran 23
Desember 1973 ini juga produktif merancang beberapa koleksi gaun
pernikahan.
ARI SEPUTRA
Gaun malam dengan
potongan drapery dan feminin menjadi ciri khas Ari Seputra. Kain-kain
tradisional juga banyak menjadi material utama atau menjadi inspirasi
produksi motif untuk beberapa koleksi siap pakainya terutama saat
aktif di komunitas Cita Tenun Indonesia. Ragam material dan motif
tenunan akhir-akhir ini banyak dieksekusi oleh desainer yang sempat
belajar dan mengajar fashion di sekolah tinggi fashion, Esmod
Jakarta. Tahun lalu, melansir lini kedua Major Minor yang berkonsep
muda, siap pakai dan sudah dijual di gerai perbelanjaan Isetan di
Singapura.
ADRIANTO HALIM
Desainer
yang sempat berbasis di Bali ini, kerap melansir koleksi dengan ragam
motif nusantara. Beberapa potongan volume
dan struktural juga menjadi siganture style perancang
yang belajar fashion di LPTB Susan Budihardjo ini. Kini selain
merancang , pria kelahiran 1955 ini juga menjadi pengajar fashion di
Susan Budihardjo di beberapa daerah. Koleksinya di peragaan tren IPMI
menjadikan palet oranye sebagai warna utama dan smocked serta quilted
berdetail unik di rangkaian busana bertitel Circulation Energy.
YONGKI BUDISUTISNA
Setelah lulus dari
sekolah fashion di LPTB Susan Budihardjo, Yongki mendirikan label
atas namanya sendiri pada tahun 2001 sekaligus bergabung dengan IPMI.
Aktif mengikuti peragaan kolektif bersama IPMI, karakter desainnya
yang playful melalui permainan warna dan motif banyak diminati
fashionista. Koleksi terbarunya untuk IPMI yang bernama Bravely hadir
dengan gaya maksimalis yang menawarkan siluet volume dan gelepai. “
Setiap wanita itu harus tampil feminin yang soft, namun memiliki
personaliti dan kemampuan yang kuat,” ungkap perancang yang
mengagumi desainer Marc Jacobs ini.
nice
ReplyDeleteBagaimana cara menjadi anggota IPMI? thx before
ReplyDeleteHalo semua, butuh tenaga fotografer fashion pro ?, well silahkan contact : Gus
ReplyDeleteportfolio : www.sugaonoseti.wix.com/photographer terimakasih