YOUNG
POWER!
Yang
muda juga bisa bersinar cemerlang dalam kreasi dan prestasi. Asal
terus belajar dan kerja lebih keras seperti Yogie Pratama buktikan.
Oleh, Adi Surantha.
“Dalam mendesain saya mencoba
untuk mendesain sesuatu yang clean, fitted dan tailored .
Terlihat simple tapi sebenarnya merancang koleksi tersebut
cukup rumit dan inspiring. Saya suka merancang baju dengan
teknik single sewn, kain tidak dipotong terlalu banyak dan
mengeksplor potongan yang esensial. Potongan pada beberapa bagian
rancangan tetap hadir sesuai dengan garis rancangnya.”
“Cocktail dan evening
dress adalah koleksi yang sering saya lansir. Saya ingin agar
wanita Indonesia yang gemar menikmati busana ini bisa mencoba
karakter desain yang lebih simple dan potongan clean
untuk gaun-gaunnya. Gaun pesta bisa lebih bernyawa bukan hanya
melalui detail dekoratif saja tapi juga melalui cutting dan
kualitas bahannya.”
“Inspirasi diraih dari ragam objek
hingga gaya hidup market kita. Bisa dari piring atau tembok usang
yang berelasi dengan karakter wanita yang mengisnpirasi saya. Saya
suka sekali browsing, alam dan culture”
“Saya itu konservatif. Buat
sesuatu yang baru gampang, bertahan dengan sesuatu yang lama itu
susah. Karena menurut saya, memiliki hal yang historis itu sangat
berharga dan menjadi patokan dalam berkarya.”
“Setiap wanita harus mengenal
bentuk anatomi tubuhnya dengan baik. Sehingga dia bisa memilih dan
meminta rancangan busana yang terbaik bagi dirinya.”
“Nuansa sexy saya eksplor
melalui detail transparan dan desan fitted di tubuh. Biasanya
bagian dada dan pinggul saya desain lebih besar dan bervolume tapi
area pinggang yang kecil.”
“Dalam berkerja saya selalu
memiliki sistem dan tim yang baik dan berjalan dengan sesuai. Saya
menjalankan komunikasi dengan tim kerja dengan intens. Sejak kecil,
saya dan keluarga mengenal dekat industri garmen dan itu terus saya
pelajari sampai sekarang.”
“Hidup di kota itu menuntut
individu untuk mengenakan busana yang simple, bahan
berkualitas, desain timeless, mudah perawatannya dan totalitas
gaya yang mewah.”
“Dalam merancang busana, seorang
desainer jangan terlalu mengikuti emosi berlebihan. Ketika sebuah
rancangan sudah memiliki estetikanya yang pas, cukup fokus pada
beberapa detail dan bagian tubuh.”
“Saat ingin menjadi desainer, saya
belajar di Paris. Saya memutuskan di Paris karena menurut saya
craftsmanship dan filosofi busana sangat kental di sana. Dari
situ saya bisa mengenal dekat dalam merancang busana secara detail.
Teknik jahit dan pengetahuan bahan hingga penggarapannya saya selami
dengan baik.”
“Desainer favorit saya John
Galliano karena dia bisa membuat penikmatnya masuk dalam
imajinasinya. Kedua, Valentino Garavani karena mengenal dekat apa
yang diinginkan wanita, juga Raf Simons.
“Seorang desainer fashion
yang baik harus bisa berkarya dengan rancangan dan garis desain
hingga lapisan masyarakat yang beragam. Rancangan yang bisa dikenakan
dengan mudah dan sangat nyaman sangat bernilai bagi saya.”
“Bergabung di IPMI (Ikatan
Perancang Mode Indonesia) merupakan berkat bagi saya. Karena anggota
desainer yang lebih senior yang bergabung lebih lama dan
pengalamannya yang banyak. Itu saya jadikan mentor saya dan tempat
bertanya bagi saya.”
“Saya cinta batik dan ikat, tapi
untuk mengeksplor dan memasarkannya harus berkerja sama dari banyak
pihak. Dukungan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat agar cinta
pada produknya sendiri juga memegang andil dan memudahkan desainer
untuk berkreasi. “
No comments:
Post a Comment