PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Sunday, August 28, 2011

BEHIND THE SCENE HARPER'S BAZAAR INDONESIA AUGUST 2011 ISSUE

PERJAMUAN ANTIK

Bangga mencintai kreasi perhiasan antik karya leluhur bangsa yang dekoratif dan inspiratif.

Buckle sabuk persegi, kedua gelang dari Palembang. Bros dijadikan cincin, Jawa Tengah. Kalung berrfigur kuda dekoratif, Sumatra Barat. Seluruhnya koleksi Ghea. Cincin replika Kerajaan Majapahit berbentuk Angsa, Koleksi Thomas Sigar.

GEMILANG EMAS

Warna emas perlambang kejayaan suatu budaya bangsa hadir dalam rupa sepuhan dan ragam desain.

Anting dan kalung Mamuli yang terinspirasi dari alat kelamin wanita dan dekorasi figur sekunder disekelilingnya yang biasa dikenakan oleh anggota Kerajaan Sumba. Kedua bros Jawa tengah dijadikan cincin, seluruhnya koleksi Ghea. Kalung Paniaram dari Sumatra Barat dan gelang Sulawesi, keduanya koleksi Ratna Zhuhry.

RITUAL MAKSIMALIS

Kemegahan inspirasi perhiasan kreasi budaya tanah air digelar melalui ragam hias bergaya maksimalis.

Gelang kaki dijadikan anting dan kedua gelang dari Palembang, bros Jawa Tengah, Koleksi Ghea. Gelang (tengah) dan kalung Paniaram Sumatra Barat, koleksi Ratna Zhuhry

SINGGASANA SANG PUTRI

Beragam perhiasan antik lahir dan menjadi sahabat para putri di balik tembok istana.

Bros di kening dari Bali, seluruh bros dengan taburan intan ditata di dada dan dijadikan cincin anting dari Jawa Tengah, kedua gelang Palembang, buckle sabuk dan tusuk konde yang disatukan dari Bali, Koleksi Ghea

SEPENGGAL HISTORIS

Kekayaan sejarah budaya bangsa senantiasa berpapasan dengan pengaruh multikulturisme menjadi warisan berharga hingga kini.

Pending Palembang diletakkan di leher dengan ragam hias burung dan floral hasil peninggalan silang budaya Cina dan kepercayaan leluhur bangsa, replika cincin Angsa Kerajaan Majapahit (tangan kiri), koleksi Thomas Sigar. Cincin (kanan) dan seluruh gelang Palembang koleksi Ghea

Portfolio ini:

Fotografi : Adi Nugroho

Editor Fashion: Adi Surantha

Digital Imaging: Tinton Djauhari

Make up and hair: Qiqi Franky &Team

Model: Natalya G@JIM dan Daria Savishkina@Posh







AMICA AUGUST 2011 GALLERIA BEHIND THE SCENE
















Wednesday, August 24, 2011

LOUIS VUITTON TRUNK








BERTEMU YANG SEJATI

Pengalaman berharga selalu diraih, walaupun berada di dalam perjalanan sebuah koper.

Di hadapan saya adalah seorang pria yang tubuhnya mengalir darah seorang pria bernama Louis Vuitton. Nama yang sungguh sakti di belantara fashion yang serba indah dan dinamis itu. Dia adalah Benoit-Louis Vuitton ,generasi keenam dari nenek moyang pendiri label asal Perancis yang sudah lebih satu abad melingkari hidup kalangan atas. Tutur katanya halus, rapi dan terlihat bangga memperlihatkan karya jam tangannya, sesekali terlihat malu-malu dengan gerak tubuh yang sopan saat saya berkesempatan mewawancarai dirinya. Jabatan watches and special order product manager seakan melabel dirinya hanyalah seorang professional yang berkerja untuk sebuah perusahaan. Sangat rendah hati dan tak merasa seperti pangeran yang menuntut diberikan tundukan kepala saat dirinya melewati Anda. Dia benar seorang Louis Vuitton Sejati.

Di hadapan saya adalah sebuah jajaran kotak-kotak besar ,kuno, usang, penuh guratan dan coretan yang seolah membisikan saya kisah perjalanan koper dan pemilik koper tersebut. Seolah koper itu bertanya pada saya “Saya sudah mengarungi dunia, bagaimana dengan Anda?” Pameran kopor-kopor klasik Louis Vuitton berusia lebih satu abad itu sempat saya saksikan di pameran Louis Vuitton di Pacific Place Jakarta pada 2008 silam dengan acara bertajuk The Art of The Automobile. Tas-tas besar itu memamerkan peranannya pada saya dan jurnalis fashion lainnya. Saya dalam hati memiliki hasrat untuk memilikinya. Koper-koper itu klasik namun masih terasa daya pikat untuk digunakan menemani perjalanan panjang mengarungi semesta ini. Koper-koper besar itu seperti tak habis digerus masa, tak sanggup diruntuhkan oleh tampikan tren fashion yang begitu cepat. Koper itu klasik, dan tetap menghembuskan napas keabadian saat harus bertemu roda jaman. Itu benar sebuah Louis Vuitton sejati.

Di hadapan saya adalah menara Eiffel di kota Paris, satu hal yang terus berada di benak saya saat itu adalah: saya harus membeli satu tas Louis Vuitton di negeri kelahirannya ini. Kedua kaki saya pun menuju salah satu butik Louis Vuitton di kota Paris tersebut. Saat di depan butik tersebut, bangunan kokoh tersebut menyapa saya dengan koper-koper kotak besar bermandi logo monogram legendarisnya. Koper-koper klasik tersebut seolah menyapa saya ”Selamat datang!” Koper-koper klasik itu senantiasa menemani saya hingga saat menjatuhkan hati pada tas seri keepal yang sudah tercipta sejak 1930 itu. Hingga menuju anak tangga, lantai atas hingga ke meja kasir dia menuntun saya sambil meminta terus diperhatikan. Saat door man membukakan pintu keluar untuk saya, saya tersenyum dalam hati, rumah mode ini sungguh mencintai “leluhurnya” yaitu sang koper kotak besar. Rumah mode ini terus menyayangi tradisi dan terus membawanya untuk terus dicintai pada penikmat mereknya di masa kini. Itu benar sebuah Louis Vuitton sejati.

Di hadapan saya adalah sebuah gedung pabrik sepatu Louis Vuitton yang berbentuk kotak besar seperti koper klasik Louis Vuitton. Saat memasuki gedung di Fiesso d’ Artico kota Venesia Italia pada 2010 lalu, lagi-lagi koper-koper klasik itu menyapa saya dilengkapi selipan kartu bertoreh nama-nama pemiliknya yang bertulis tangan khas tempo dulu. Saat memasuki ruangan produksi saya terpaku menatap seorang wanita tua yang tangannya menari-nari membawa benang dalam sebuah jahitan untuk sepatu. Satu persatu, perlahan, dan hati-hati. Sebuah keuletan dan kerajinan tangan yang prima dari artisan yang hatinya cinta dan mengabdi pada pekerjaannya, hingga lupa kulit tangannya sudah berkerut. Pengerjaan produk yang begitu seksama demi kualitas terbaik dan hasil tak bernoda untuk sepasang sepatu dan saya yakin hal tersebut juga diterapkan pada koper-koper besarnya. Itu sungguh Louis Vuitton sejati.

Di hadapan saya adalah sederetan busana koleksi Louis Vuitton yang siap saya gunakan untuk pemotretan majalah kesayangan Anda ini. Musim berganti musim, tampilan yang ditawarkan selalu tak pernah membuat saya kecewa. Seolah ia ingin terus membawa sebuah tampilan gaya hidup yang mengikuti jaman tanpa harus kehilangan DNA-nya yang mewah namun understated. Begitupun dengan koper besar dan tas-tas beragam seri ikonisnya yang mencoba untuk meneguk tumpahan tren dunia hingga dikawin silangkan dengan aspek gaya hidup lainnya, semua selalu berada dalam takaran yang sesuai dengan standarnya. Itu sungguh Louis Vuitton sejati.

Saat saya membelakanginya kini, saya menggenggam keyakinan bahwa Monsieur Louis Vuitton sang pendiri rumah mode Perancis ini akan terus bangga pada perjalanan mereknya. Dia tak akan menyangka label yang dia dirikan sejak 1854 ini berekspansi hingga sebuah perusahaan raksasa melebihi dari bisnis yang tadinya hanya membuat koper kotak besar untuk traveling. Koper-koper besar monogram kanvas yang dulu menampung pakaian pangeran-pangeran Eropa, raja-raja India hingga topi-topi putri bangsawan pasti terus abadi. Kekuatan citranya tak ikut tenggelam seperti koper-koper Louis Vuitton yang terkaram bersama kapal Titanic pada awal abad 19 silam. Jika kepala kreatifnya Marc Jacobs sejak 1997 lalu memperkokoh rumah mode ini sebagai rumah mode yang sukses dari segala lini bisnis melebihi sekedar label khusus tas traveling mewah, tentu mustahil jika tanpa kemunculan koper-koper ikonisnya di baris awal sejarahnya. Aksi Louis Vuitton yang kini banyak bercabang dari luxury fashion house ke area seni, sosial, otomotif, olahraga hingga karpet merah pun tentu terjadi lebih mudah berkat lima hal yang sudah saya hadapi seperti di atas. Rendah hati yang elegan, timeless, cinta tradisi sendiri, pengerjaan dan kualitas prima serta senantiasa berpegang pada jati diri saat mencipta elemen kekinian adalah citra yang tercermin pada koper-koper sampai kisah pemilik dan perjalanannya. Itu pun dibuktikan oleh satu persatu gambar yang ada pada artikel ini. Walau Anda sudah memiliki koper legendarisnya atau belum sempat memilikinya sekalipun, Anda bisa berikan mata dan pikiran Anda pada sebuah buku istimewa berjudul Louis Vuitton: 100 legendary trunks. Saya yakin saat Anda membuka lembar demi lembar 496 halamannya, Anda akan memahami sebuah koper Louis Vuitton menjadi legenda bagi sejarah gaya hidup. Dan pada akhirnya Anda pun akan memiliki wacana dan inspirasi yang bahkan bisa melebihi lima versi pengalaman yang sudah saya alami. Itu yang membuat Anda pencinta Louis Vuitton sejati.


Tuesday, August 16, 2011

GUINESS UPDATE










DEAR MY LOVELY GRACE CODDINGTON













FIVE FASHION ENTREPRENEUR FOR DUNHILL SWITCH ON IMAGINATION

SENSASI IMAJINASI
Lima entrepreneur dan kreator dari bidang fashion Priyo Oktaviano, Barli
Asmara, Michele Worth, Nina Nikicio, Soetjipto Hoeijaja mempersembahkan
koleksi spesial untuk acara lansiran terbaru Dunhill Switch. Produk keluaran
PT Bentoel Internasional Investama Tbk. ini menawarkan filter yang bisa
memberikan efek rasa menthol yang dingin. Acara diberi tajuk Switch On
Imagination dan diadakan pada akhir Juli lalu di Bistro Boulevard Jakarta
dengan aksi art performance, parade hiburan dan seni hingga teknologi visual
dipenuhi dengan para jurnalis dan kalangan kreatif muda.