DENIM
FOREVER!
Satu
elemen fashion yang pasti ditemukan di lemari Anda, tentunya denim
dalam beragam gaya.
Oleh, Adi Surantha.
Pada
suatu acara arisan, elemen denim dan T-shirt
putih pun ditetapkan jadi dresscode acara. Lalu salah satu
rekan pun berkomentar, “Aduh, gue tidak punya denim nih,
boleh tidak ganti dengan dresscode lain?” Rekan lain pun
menyambar, “Aduh say, masa loe tidak punya celana
jeans. Tema itu sengaja dipilih karena paling mudah, dan setiap
orang pasti punya!” Yup, denim memang bisa dikatakan sebagai
material dari fashion yang universal. Banyak beragam fashion
item yang mudah menerima material ini untuk desain busana. Bisa
dipastikan bahwa denim seperti celana jeans, selalu ada di lemari
setiap individu.
JEANS
THERAPY
“Fashion
without jeans does not exist!”
Kata Karl Lagerfeld. Begitulah yang yang dikatakan salah satu
desainer legendaris dunia tersebut, dan hal itu pun terbukti dengan
eksisnya denim dalam setiap perjalanan tren mode.
Sejak
jeans itu dilahirkan pada 1847
sebagai busana untuk para pekerja kasar, Levi Strauss pun
mempopulerkannya di Amerika Serikat saat perjalanan perdana item yang
dikenal dengan warna birunya itu dengan merek Levi's. Pada awal era
50-an, pun jeans
banyak hadir pada jenis overall klasik
yang dikenakan untuk bekerja. Denim pun jadi idola banyak orang saat
selebriti ikonis era itu mulai mengenakannya di berbagai kesempatan,
contohnya saja Marlon Brando, James Dean dan Elvis Presley, setiap
pria dan wanita mulai mencoba material denim di agenda gaya hidupnya
saat itu.
Fashion
dan musik yang perjalanan sejarahnya kerap beriringan juga mempunyai
andil dalam mengibarkan denim sebagai tren di suatu zaman. Contohnya
saja era 60-an, di mana musik pop dan rock & roll
menjadi medan gaya hidup di
dunia belahan barat, denim mulai banyak bersliweran di lantai dansa
kawula muda.
Memasuki
keriaan fashion 70-an yang semarak, denim pun tak absen untuk
dieksplorasi. Flare jeans
atau dikenal juga dengan sebutan bell bottom
jadi andalan setiap perempuan gaya saat itu. Bahkan saat momen
flower generation merebak di
banyak generasi muda, celana denim lebar hadir dengan gaya yang
personal mulai dari sulaman bunga atau aksen washed.
Kalangan hippies saat
itu benar-benar memaksimalkan material denim tak hanya sebagai celana
bahkan rok panjang yang didekorasi sesuai selera masing-masing. Saat
itu denim selalu jadi dresscode “resmi”
pengunjung festival musik outdoor
di banyak kota-kota besar.
Robek,
usang, penuh tambalan dan nakal menjadi pemandangan yang biasa saat
denim memasuki arena fashion 80-an. Banyak kalangan muda yang
memberontak dalam bergaya, mulai dari kalangan punk atau
sporty menggelar denim
secara totalitas. Jeans tak hanya hadir pada celana saja, tapi rok
mini, jaket, vest
hingga kemeja. Mereka menambahkan banyak coretan, emblem atau
tambalan yang mengkampanyekan suara mereka yang bertajuk sosial.
Denim menjadi alat bergaya, juga komunikasi sosial dan budaya
masyarakat saat itu. Desainer fashion pun
mulai melansir koleksinya secara besar-besaran seperti Giorgio
Armani, Vivienne Westwood, dan Calvin Klein.
BEAUTIFUL MOMENT
Memasuki
era 90-an denim tak lagi warna biru indigo yang klasik saja. Jeans
hitam tiba-tiba jadi populer, dan denim biru dijadikan lebih pucat
dengan aksen washed yang membuat efek pudar kuat. Denim pun banyak
hadir pada elemen fashion secara universal dengan potongan longgar,
serba mini atau baggy.
Di
fashion era millenium,
denim semakin luas dengan ragam desain dan potongan. Skinny jeans
menempati tren paling lama di
panggung fashion.
Sedangkan colored
denim paling banyak diminati sejak menjadi tren pada tahun 2008.
Denim tak lagi biru bahkan putih, abu-abu di banyak rangkaian busana
dan gaya.
Desainer
Karl Lagerfeld pun mencatat sejarah denim semakin spesial dengan
melansir koleksi couture atau
adibusana rumah mode Chanel pada 2006 dengan material denim, pada
sebuah jaket dan aksesori yang mewah. Denim pun jadi pembicaraan
banyak kalangan lebih luas lagi dan semakin mantap menancapkan
predikatnya sebagai elemen fashion yang tak akan lekang digerus
waktu.
No comments:
Post a Comment