PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Thursday, February 7, 2013

FASHION REPORT : SAMUDERA SEPATU




SAMUDERA SEPATU
Kekuatan sebuah rumah mode sejati tentunya berkat senantiasa menancapkan kreativitas di jantung hati, bukan hanya saat mencipta sepatu namun juga  tempat produksinya. Adi Surantha melaporkan dari workshop sepatu Louis Vuitton, Venice, Italia.

Pagi itu Mentari tersenyum, dedaunan di pohon pun menari-nari riang setelah hujan semalaman, sepatu saya pun sempat tersapu oleh rerumputan basah yang segar. Harpers Bazaar mendarat di bandara udara Marco Polo Venesia, Italia, kota yang terkenal dengan seribu kanal pada akhir Juli lalu. Italia, negara di benua Eropa yang begitu harum sejarahnya, jika kita mengamati secara cermat bentuk negara ini di peta, Italia berlukiskan sepatu boot yang indah. Tak ayal negeri ini menorehkan legendanya yang kental pada elemen fashion klasik yaitu sepatu. Ya, sepatu juga yang membawa Harper’s Bazaar ke kota air Venesia bersama dengan beberapa jurnalis fashion dari Asia Pasifik untuk mengunjungi workshop pembuatan sepatu rumah mode legendaris asal Prancis, Louis Vuitton (LV). Setelah kami mengarungi kanal dengan boot dan menyusuri daratan dengan bus sepanjang 33 kilometer dari kota Venesia, akhirnya sampai juga di workshop sepatu LV yang diberi nama Fiesso d’ Artico.

Gedung bernapas kontemporer yang minimalis dan marak di wajah arsitektur abad 21 ini hadir bagaikan sebuah kotak sepatu. Workshop ini baru diresmikan tahun 2009 lalu setelah melalui masa pembangunan selama tiga tahun dibawah naungan arsitek Jean-Marc Sandrolini. Di atas lahan seluas 14000 meter persegi, bangunan modern ini tak lantas terasa dingin, hamparan rumput hijau dan pepohonan yang memeluk gedung menghembuskan nuansa manuasiawi yang harmonis. Seluruh badan bangunan yang berdiri dengan material semen berpalet keabuan yang kental memberikan napas industrial yang modern. Uniknya seluruh eksterior luar bangunan sepanjang 3000 meter persegi dibungkus oleh layar jala besi. Sangat inovatif, saat dipandang gedung ini seperti memiliki  sebuah kelambu yang fungsional. Dan ternyata benar saja, jala-jala besi itu memiliki andil besar. Contohnya saja, melindungi kerahasiaan proses desain dan produksi di dalam dari ekspos lingkungan luar, karena gedung ini banyak menerapkan jendela kaca besar dan tinggi. Di samping itu jala besi tersebut juga membantu mengurangi cahaya silau yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Setelah melewati gerbang jalan kecil mengiringi pintu masuk, seketika art work berbentuk pump shoes putih untuk pasangan berukuran besar menyambut, karya seni sepatu yang berlukiskan wanita itu adalah karya seniman Jean- Jacques Ory. Kejutan yang menyenangkan, “ Ini adalah salah satu karya seni yang menghiasi workshop ini, di bagian dalam akan ada beberapa karya seniman lain yang totalnya 28 karya seni dari 12 seniman. Workshop ini selain untuk produksi juga seperti galeri seni” Ungkap Roberta Polato Rossi, communications officer ini dengan bangga. Saya pun tak heran dengan  pernyataanya, LV merek fashion yang selalu setia menggandeng seni pada proses perjalanan kreatif dan gaya hidup sudah barang tentu fasih akan kolaborasi seni menjadi bagian interior tempat produksinya.  Memasuki bagian dalam lobby, terlihat tatanan kopor-kopor besar atau trunk klasik bermandi motif monogram, elemen fashion bersejarah yang telah melahirkan label ini di ranah fashion pada 1859. Saat menginjak bagian dalam gedung, tak ada suara bising mengusik yang biasa ditemukan di sebuah pabrik pada umumnya. Justru gemericik air dan taman hijau yang menanti. Bagian tengah gedung terhampar rerumputan dan dua objek seni karya Nathalie Decoster dan Joana Vasconcelos yang menyusun 600 panci menjadi sepatu jenis peep-toe. Kolam air yang bergemericik selain di sepanjang koridor selain memiliki esensi estetis juga berfungsi untuk menampung air hujan. Nantinya air ini akan disimpan  di penampungan air  sedalam 200 meter di dalam tanah dan diproses untuk kebutuhan air minum di workshop.

Lingkup ruang pada workshop dibentuk seperti konsep awal yaitu shoe box. Ada beberapa ruangan seperti ruang kreatif desainer sepatu dan tim-nya, ruang konfrensi dan pelatihan, library dan empat ruangan produksi. Empat ruangan produksi tersebut diberi nama seperti empat  seri elemen fashion LV yang ikonik: taiga, nomade, speedy dan alma. Empat workshop tadi di bagi sesuai dengan jenis produksinya. Taiga untuk memproduksi sepatu klasik pria yang formal. Nomade dikhususkan untuk membuat sepatu semi formal seperti moccasin pria dan wanita. Speedy untuk merancang sepatu kasual serupa sneakers untuk pria dan wanita, sedangkan Alma untuk sepatu formal wanita yang elegan. Ruangan desain merupakan bagian yang esensial di sini style director sepatu LV, Fabrizio Vitti bersama tim-nya berkreasi mulai dari menggali ide, merancang sketsa hingga saat terakhir dipresentasikan kepada Marc Jacobs kepala kreatif LV. Memandang setiap sisi ruangan ini mencerminkan imajinasi kreatif yang begitu kaya. Seperti sketsa sepatu, bundelan desain, mood board, papan bermacam-macam tipe material, kulit dan ornamen. Yang paling memukau adalah barisan jenis kulit samakan yang menjadi bahan dasar untuk pembuatan sepatu. Sedangkan ruangan lain adalah library, selain menyediakan berbagai buku-buku desain sepatu dan fashion juga menampilkan karya-karya sepatu LV yang terbaru dan klasiknya. Di sini juga dihadirkan koleksi-koleksi sepatu kuno yang bersejarah dari beberapa negara. Dan tak lupa tentunya karya seni berupa lukisan sepatu yang merupakan karya perdana Andy Warhol, Yayoi Kusama, Richard Prince dan lain-lainya. Sedangkan di empat ruang produksi seluruh lantai bersimbah kayu untuk menciptakan kesan homey dan friendly, cahaya mentari yang menghujani lantai membuat nuansa hangat. Setiap pembuatan sepatu berjalan mengarungi tahap demi tahap mulai dari pembuatan prototype jenis sepatu, pemotongan pola material dengan teknologi laser, penjahitan dengan tangan dan mesin robot, pengecatan, pemberian detail ornamen, finishing, quality control hingga packaging. Semua dikerjakan oleh para artisan- artisan yang sudah berdedikasi pada proses pembuatan sepatu maupun berkerja bersama LV sejak pertama kali melansir sepatu pada 1998. “Beberapa di antara artisan ada yang satu keluarga turun-temurun mulai dari kakek, ibu hingga anak bahkan cucunya, mereka sangat setia.” Ungkap Roberta P Rossi.

Workshop sepatu LV yang menyatukan tempat desain, produksi hingga galeri seni di bawah satu atap mencerminkan brand craftsmanship sejati di abad millennium yang serba haus inovasi. Konsep brilian di tempat urat nadi kreativitas dituntut berdenyut lincah, sangatlah mendukung para artisannya. Pada akhirnya mengunjungi workshop LV bagaikan sebuah kontemplasi untuk mengingatkan kita akan sebuah kekuatan kreativitas yang tanpa batasan. Filosofi yang membaptis sebuah label fashion dijadikan fondasi agar terus menelurkan karya yang sempurna. Yang akhirnya berujung pada menjulangnya grafik materi, kepercayaan hingga loyalitas pelanggannya.









No comments:

Post a Comment