PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Wednesday, January 30, 2013

DESIGNER OF THE MONTH : PRIYO OKATVIANO


A CONTOVERSIAL FASHION
Berani mencoba sesuatu yang baru dan kontroversial pada fashion membuat hidup lebih berwarna, seperti yang Priyo Oktaviano alami.
Oleh, Adi Surantha

“Kini saya sedang mempersiapkan studio fashion dan show room saya yang baru di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta dan fashion show saya di Paris.”

“Koleksi lini kedua saya, Spouse berkonsep ready-to-wear dan saya akan persiapkan tim kreatif sendiri. Edgy, young, androgyny, urban spirit dan mudah dipadankan dengan elemen lain ada ciri khasnya.”

“Dalam hidup itu harus ada pro dan kontra. Begitupun dalam hal desain saya tidak ingin mengulang saat merancang busana. Ikutin market demand boleh, tapi tetap dengan konsep yang beda dan matang. Saya sempat mencoba menggarap desain dengan material khusus baju penyelam, sofa hingga kulit eksotis pada desain saya”

“Saya juga senang mengeksplorasi kain tradisional seperti ikat dan batik namun dihadirkan dengan sentuhan individual, gaya desain yang segar dan relevan dengan gaya hidup sekarang. Ini merupakan tantangan untuk memberikan imajinasi dalam berkreativitas. Saya suka juga dengan kain tradisional karena gemar traveling.”

“Sepanjang karier saya sebagai seorang desainer selama kurang lebih satu dekade, saya merasa proses pembuatan suatu koleksi tersebut adalah yang paling berharga untuk saya. Saya tak pernah bosan pada profesi ini, saya memang workaholic karena cinta pada bidang ini.”

“Koleksi bernuansa etnik kerap saya lansir dengan gaya lebih feminin karena pasarnya tetap menjanjikan. Sejak berkerja sama dengan komunitas Cita Tenun Indonesia (CTI) beragam tenunan saya eksplorasi terutama material tenunan dari Bali.”

“Selain desain, tren dan mengerti kebutuhan pelanggan, seorang desainer juga harus memahami industri tersebut secara totalitas. Seperti memerhatikan perilaku konsumen hingga price range yang tepat untuk lini bisnisnya. Seorang fashion designer itu berkerja di bidang jasa, jadi service dan lainnya harus juga harus diprioritaskan.”

“Tenun Rangrang dari Bali bagian timur adalah material yang terakhir saya eksplorasi. Saya melakukan pembinaan bagi pengrajinnya di daerah asalnya.”

“Sekolah fashion itu penting bagi desainer fashion. Desainer bisa mengerti buat konsep, menciptakan tekstil, bisnis, strategi dan marketingnya.”

“Setiap pengalaman dalam berkerja (Priyo sempat berkerja di rumah mode Balenciaga saat di Paris-red) membuat sistem berkerja semakin matang dan rapi. Saya sangat sistematis, mengontrol setiap detail produksi, promosi hingga penyesuaian sumber daya manusia yang ada.”

“Inspirasi global seperti Bali, Jepang, Tibet hingga India menjadi ide dalam merancang. Tapi Bali menjadi favorit saya. Culture, pilihan warna, tata busananya, masyarakatnya hingga atmosfirnya yang inspiratif.”

“Saya lebih memerhatikan karya kreativitas seorang desainer, walau di sini kepribadian setiap kreator juga turut menjadi pertimbangan.”

“Kini fashion Indonesia jadi lebih enerjik, wearable dan ciri khas sendiri. Setiap penikmatnya mempunyai banyak pilihan gaya busana.”

“Lini busana pria dan uniform tetap dalam lini Spouse berdasar price range. Semua ada tim-nya. Untuk lini busana anak dan home ware belum. Khusus lini busa pernikahan tetap berada di bawah lini Priyo Oktaviano Couture.”

“Presentasi busana di luar negeri yang telah banyak saya lakukan disambut dengan baik oleh market di sana. Potongan busana bergaya edgy diterima dan laku seperti lini Spouse saya.”

“Setiap wanita harus mandiri dan mengetahui yang diinginkannya dan dijalankan dengan sistem menurutnya sendiri. Kepercayaan diri juga harus ada, sehingga apa yang dikenakan tetap tampil untuk memberikan kekuatan pada dirinya.”

“Koleksi saya hadir di department store di pusat perbelanjaan di Jakarta seperti Metro Department store , Harvey Nichols di Dubai dan lainnya. Saya juga berkontribusi untuk merancang koleksi terbatas dengan label batik seperti Danar Hadi dan Batik Keris.”

“Memproduksi tenuanan ikat itu cukup lama hingga 3-6 bulan tergantung dari kehalusan pilihan bahan, pilihan jenis bahan dan tingkat kesulitan produksinya.”

“Saya melansir label fashion saya di 2002 setelah lulus dari sekolah fashion ESMOD, Paris.”


No comments:

Post a Comment