"Saya suka
detail dan tekstur dengan kreasi yang baru yang unik. Detail tersebut pun
dikerjakan dengan tangan, sehingga banyak klien saya yang kagum terhadap detail
baju saya."
"Label
busana saya Ronald V Gaghana dan Elements. Counter saya ada di M Pacific Place,
Metro Mal Taman Anggrek, Pondok Indah Mall 2 dan Sogo Department Store."
“Saya belajar
fashion secara otodidak, sempat juga belajar di Susan Budihardjo. Namun sejak
tahun 1986 hingga 2003 saya menjadi asisten desainer Biyan dan banyak belajar
dari situ. Biyan mentor dan teman yang baik bagi saya”
"Desainer
fashion itu seperti seniman, kalau sudah terluka sedikit jadi kecewa . Saya
sama partner dan klien selalu bela-belain memberikan yang terbaik."
"Saya suka
desainer Madame Vionnet, Christian Dior, Rei Kawakubo, Yohji Yamamoto, Jeanne
Lanvin dan Alber Elbaz."
"Karakter
desain saya lebih elegan tapi tetap muda dengan aplikasi berdetail unik. Hal
ini menurut saya embelishment unik saya adalah nilai paling berharga untuk
label saya, yang saya rasa bisa menjadi ciri khas. Pengerjaan detail saya
dimulai dengan pembuatan konsep dan desain, lalu kolase, sample dan cara
pembuatannya agar tim saya mengerti. Menurut saya ini art!"
"Inspirasi
bisa datang dari mana saja, dan saya biasa langsung berimajinasi dan merekamnya
untuk membuat desain baru."
"Kira-kira
6 tahun lalu saya mulai untuk mengerjakan busana muslim. Awalnya saya mencoba
hal tersebut karena tawaran partner bisnis saya untuk label Mulla."
"Saya
percaya dalam perjalanan hidup seseorang ada tahap yang sulit dan butuh menjadi
perhatian dan prioritas yang kuat."
"Klien itu
berkat Tuhan, saya selalu mengerjakan pesana pelanggan dengan hati. Menjaring
klien itu tidak mudah, butuh kesabaran dan keuletan untuk memberikan yang
terbaik. Selanjutnya saya menjaga relationship dengan baik. "
"Saya
selalu memberikan harga yang reasonable untuk setiap klien saya. Tiadak pandang
bulu"
"Saya
diberi talenta sebagai desainer sudah cukup lama. Saya dulu sempat berkerja
bersama desainer Biyan. Tuhan yang memberi jalan saya untuk menjadi desainer
dengan label atas nama sendiri. Saya tidak bisa nolak, saat usia 40 saya sempat
bosan menjadi desainer. Tapi justru saya menjadi lebih semangat saat memulai
membuat label sendiri"
" Saya
selalu melibatkan Tuhan dalam setiap pilihan dan menjalankan hidup. Saya bukan
mau dibilang sombong atau sok religious. Terutama soal kreasi dan
problematikannya, kita harus libatkan dia. Kita tidak boleh sombong dan mawas
diri karena sudah punya nama dan lain-lainnya. Ada apapun saya selalu berdoa,
Tuhan kasih jawaban yang saya minta dengan cepat."
“Dunia
fashion itu tricky sebenarnya. Kita harus sabar dan lebih mementingkan
kebahagian bagi orang lain. Saya bukan orang yang harus dapat pendapatan materi
super banyak, tapi justru kepuasan berkreasi yang tinggi dan hidup yang damai”
"Orang
lain yang menilai hidup kita, bukan kita sendiri. Dalam hidup kadang Saya juga
pernah masuk ke fase kehidupan yang gelap, pencobaan memang sangat berat namun
kita tetap harus balik ke Tuhan. Hanya dia yang bisa membantu kita dan memberi
hidup. Berkat , kesenangan. Tuhan pasti membantu. Usia sudah 50 mau cari apa
lagi. Saya lebih dekat dengan Tuhan, saat saya mendapat hitmat seperti masalah
keluarga, pekerjaan dan pergaulan dengan teman-teman misalnya. Tuhan selalu
memberi jalan dengan melihat lebih dulu keadaan dan akbiatnya. Saya pun merasa
lebih dekat lagi dengan Tuhan.”
“Di dunia
itu hanya dua dalam hidup kita yang paling penting yaotu Tuhan dan keluarga.
Saya selalu menjaga dan merangkul setiap keluarga saya.”
“Saya dan
karyawan saya selalu mengadakan pendekatan. Saya selalu sharing kehidupan dan
perhatian atas hidup mereka. Bukan hanya sekadar hubungan professional seperti
bos dan anak buah. Karyawan saya pun senang dan setia dengan saya. Itu hal yang
penting, Ada beberapa karyawan yang ikut saya sejak saya masih berkerja dengan
Biyan, dan beberapa sudah 10 tahun lebih. Dan sekali lagi Tuhan yang memberi
talenta itu bagi saya.”
“Pergelaran
busana saya yang paling berkesan bagi saya yaitu koleksi yang terinspirasi dari
Burma di era 80an.”
“Saya
gemar mencampur ragam material saat mendesain busana dan detail-detailnya.”
Photography oleh Andrew Octaviano
No comments:
Post a Comment