PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Tuesday, December 28, 2010

SATU HARI BERSAMA PETER SIE, PERANCANG BUSANA PERTAMA INDONESIA













MODE ADALAH HIDUPKU

Sebagai pionir perancang mode Indonesia Peter Sie berkarya dan membagi hidup dan dirinya secara totalitas terhadap mode tanah air. Oleh Adi Surantha

Langit Jakarta menjatuhkan bulir–bulir air ke bumi pada 1 April 2011 lalu menyiarkaan kedukaan dunia mode. Peter Sie perancang mode pertama Indonesia kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Kuasa karena sakit pada usia 82 tahun. Pada 1954 pria bernama asli Sie Tiam Ie ini memilih profesi perancang mode sebagai jalan hidupnya, di saat Indonesia sedang giat membangun bangsanya. Belajar mode di negeri Belanda, saat itu pria kelahiran Bogor 28 Desember 1929 adalah satu-satunya perancang mode. Seperti kebanyakan awal karir perancang, Peter berkarya memproduksi busana wanita di rumahnya sendiri, hingga akhirnya berkembang sebagai desainer mode untuk kalangan istana dan wanita-wanita terhormat dan terpandang di jamannya. Gaya rancangannya elegan dan feminin seperti gaun-gaun koktil dan pernikahan yang dipengaruhi dengan gaya era mode new look yang digaungkan oleh rumah mode Christian Dior. Kota kapital fashion Paris menjadi kiblatnya untuk melahirkan sepotong gaun, perancang Hubert de Givenchy, Coco Chanel, Cristobal Balenciaga dan Piere Balmain perancang yang dielu-elukan saat itu pun menjadi teladannya. Peragaan demi peragaan digelar dihadapan para pelanggannya di tempat-tempat privat dan paling hip saat itu.

Pada 2009 lalu Harper’s Bazaar sempat bertemu dan mewawancarai beliau di rumahnya di bilangan Tebet Jakarta Selatan. Usia senja 80 tahun membuat tubuhnya renta, matanya mengecil hingga harus disolasih agar bulu mata bawahnya tak menusuk bola matanya dan juga membuat dirinya harus berhenti meminum bir dan merokok yang mengisi masa hidupnya, “Sudah dilarang sama dokter dan si Sari (asisten pribadinya)”, ungkapnya perlahan. Rumahnya tak seperti tempat tinggal seseorang berusia lanjut yang tak terurus. Rumah, dekorasi perabotan dan taman pekarangannya tetap resik dan tertata cantik. Tak tehitung banyaknya piagam penghargaan dan foto-foto dirinya dan klien-kliennya menyapa di ruangan studio fashionnya. Beberapa tim penjahitnya pun masih setia bersama Peter untuk memproduksi jahitan baju bagi pelanggan setia Peter yang sesekali memesan baju padanya. Pria yang dekat dengan ibu negara Fatmawati Soekarno dan mantan Gubernur Jakarta, Ali Sadikin ini tetap semangat menceritakan kisah hidupnya, sangat berseberangan dengan tangan kurus, kulit keriput dan jalannya yang tertatih-tatih. Hampir empat puluh delapan tahun lamanya Perancang yang gemar merangkai bunga ini bersama timnya menciptakan busana para pelanggan setianya. Hingga pada era 80-an geliat bisnis modenya pria keturunan Tionghoa ini mulai redup dengan bertumbuhnya perancang muda di ibukota. Menghadapi kondisi tersebut Peter justru tetap gigih dalam memajukan mode Indonesia. Kontribusinya disalurkan pada ajang pemilihan perancang mode dengan menjadi juri di Lomba Perancang Mode, Concours International de Jeunes Createurs de Mode hingga beragam festival mode yang diadakan oleh Majalah wanita Femina di era 80-an hingga 90-an. Pandangan dan masukan Peter bagi perancang muda tanah air yang telah berkembang di masa sekarang tetap menjadi memori yang berarti bagi banyak perancang tanah air. Pada tahun 2001 Peter melansir buku otobiografinya bertajuk Mode adalah Hidupku yang disambut oleh khalayak dan wartawan mode. Dunia mode Indonesia pun memberikan puncak pengharagaan kepada pria bungsu dari tujuh bersaudara ini sebagai fashion icon pada gelaran Jakarta Fashion and Food Festival 2006 (JFFF) yang diselenggarakan oleh MRA Media dan majalah Harper’s Bazaar pun saat itu mengupas kisah perjalanan hidup maestro mode Indonesia ini. Peter juga sesekali hadir pada peragaan busana perancang mode kini untuk memberi dukungan. Peter sempat terlihat bertepuk tangan penuh semangat di peragaan desainer fashion.

Saat subuh pukul 5.00 wib, sebelum mentari mengintip, Peter Sie dijemput Sang Khalik untuk mengakhiri perjalanan hidupnya di dunia. Pengabdiannya pada mode Indonesia seperti tajuk bukunya “Mode adalah Hidupku“ mendaulatnya sebagai individu yang totalitas terhadap apa yang dipilih dan dicintainya. Dirinya sebagai perancang mode pertama Indonesia adalah sebuah anugerah yang diterima dengan syukur, keadaan di saat negeri ini memulai perkenalannya dengan mode tanah air bukanlah perkara mudah. Justru Peter dipilih untuk memulainya berkat keahliannya dan kepekaanya terhadap kebutuhan mode saat itu. Jika Peter sempat berujar di buku Inspirasi Mode Indonesia: “Saya ingin dikenal sebagai pelopor dunia mode saja. Jadi kesuksesan saya adalah pada kepeloporannya saja”. Nyatanya, Peter bukan hanya sebagai pelopor saja, namun juga sebagai pelopor perancang mode yang karya, aktivitas hidup dan kontribusi di masa senjanya telah menjadikan dirinya sebagai insan mode yang rela berbagi ilmu bagi penerusnya yaitu perancang mode era sekarang. Agar terus senantiasa meneladaninya dan gigih berkarya hingga bisa menggoreskan nama harum pada sejarah perkembangan mode tanah air seperti yang telah diraih dirinya.





No comments:

Post a Comment