PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

PARIS FASHION WEEK AW 2017/2018

Tuesday, November 17, 2015

CHOSSY LATU FOR DANAR HADI

CHOSSY KINI.

Chossy Latu  memulai kariernya di era mode 80an, namanya bergaung saat berkerja pada Iwan Tirta, dan memulai labelnya sendiri dengan kreasi gaun pesta made-to-order. Beberapa tahun belakangan juga disibukan dengan pesanan seragam dari beberapa perusahaan ternama. Terakhir menggelar peragaan tunggal di 2006 dengan koleksi bertajuk Regalia, dan aktif melasir koleksi kolaborasi dengan beberapa komunitas dan label fashion. Peragaan koleksi terbaru Chossy ada di Jakarta fashion Week 2016, berkolaborasi dengan label ritel ternama yang memproduksi batik Danar Hadi, dengan tema Solometrik. Kreasi batik Solo, kota asal Danar Hadi dengan corak floral dan palet cerah. Koleksi hadir dengan nuansa hitam-putih, semburat kuning, merah, dan biru. Acara ini juga bersama Yayasan Jantung Indonesia, yang dibuka dengan peragaan beberapa wanita dari komunitas itu bersama anak-cucu mereka. 
Koleksi hadir dengan rok pensil dan blazer berpotongan boxy, A-line dress dengan pea coat berlengan sebatas sikut, blus panjang sutera yang dipadankan dengan celana pendek, atasan siluet trapeze, hingga sleeveless top berompi. Koleksi ini dibawakan model dengan tambahan topi lebar dan korsase bunga artifisial dengan ukuran maksimal. Melihat koleksi ini saya seperti terlempar di era 90an. Walau saya tidak hidup keriaan di era itu, saya teringat waktu melihat gaya rancangnya di halaman majalah tante saya saat itu. Di sekuen akhir rok gala dipadankan dengan bustier, terusan sutera batik berpotongan loose dengan aplikasi bulu, hingga padananan bawahan sequins. Hal yang sering Chossy lakukan di peragaan sebelumnya, tahun lalu, atau tahun lalu, dan tahun lalu sekali di beberapa peragaannya. Tidak ada yang baru dari tangan Chossy, koleksi ini layaknya pengulangan sebuah presentasi busana,  tidak memperkenalkan gaya baru. Hanya materialnya saja yang baru, dari garis desain hingga tatanan gaya, Chossy seperti memiliki kreativitas yang jalan di tempat. Dirinya memiliki dunianya sendiri, tidak memahami definisi fashion itu sendiri yang menuntut hal baru, atau setidaknya dirinya sedikit saja "bermain" dari tren fashion global yang begitu mudah dilihat, dan diakses di masa kini. 

Saat saya bertemu dengan Chossy setelah show, saya menyapanya, dan bertanya soal akun social media miliknya. Saya ingin tahu produktivitas Chossy saat ini, terakhir saya ke studio dan mewawancarainya lima tahun lalu. Dirinya mengatakan tidak punya. Saya pun berpikir seorang legenda mode Karl Lagerfeld yang masih hidup di masa kini yang memiliki akun social media, walau mungkin dikelola dengan timnya. Dari situ saya bisa tahu inspirasi hingga visinya. Namun, untuk hal ini membuat saya berpikir bahwa Chossy tidak memiliki kepedulian bagi dirinya, juga industri mode tanah air. Sebagai seorang desainer senior,  Chossy seharusnya berkontribusi untuk menjadi teladan bagi yang junior yang kini  banyak berjuang membangun labelnya.  Atau setidaknya ada inspirasi yang bisa dibagi melalui karyanya dalam menggarap koleksi, dan batik yang merupakan tantangan membuat elemen berdaya pakai dan selera masa kini. 

Padahal kemampuan tailor-cut Chossy yang dikenal prima, bisa dieksplorasi pada potongan mode masa kini. Banyak nuansa tailored yang jadi tren global, dan digarap desainer muda internasional dan jadi idaman. Hal itu bisa dijadikan kekuatan Chossy dalam mengembangkan kreasi item busananya. Semangat glamoritas yang ada pada diri Chossy pun, mampu diintepretasikan pada kelebihannya dalam menggarap busana berpotongan sharp tersebut. Tapi, Jika Chossy tidak lagi memiliki energi untuk itu, dirinya bisa merangkul desainer muda untuk berjalan bersamanya. 

Adi Surantha.

No comments:

Post a Comment