THE SIXTH STAR
Enam desainer fashion yang tergabung di IPMI (Ikatan Perancang Mode Indonesia) pada Oktober lalu berpartisipasi untuk menggelar presentasi tren tahunannya yang bertajuk Acceleration. Adesagi Kierana, Barli Asmara, Era Soekamto, Tri Handoko, Tuti Cholid dan Valentino Napitupulu berpacu dalam satu panggung menawarkan garis rancang personalnya. Cosmo berbagi cerita singkat untuk mengenal lebih dekat san perancang.
Adesagi Kierana
Sejak awal bergelut di dunia fashion banyak selebriti wanita menemani perjalanan kariernya. Sebut saja penyanyi kebanggaan tanah air seperti Krisdayanti, Titi DJ, Ruth Sahanaya, Rosa dan masih banyak lagi. “Awalnya mereka minta dibuatkan baju untuk bernyanyi di panggung pada saya hinggaberlanjut sampai sekarang” Ungkap desainer yang menganggumi desainer Inggris Vivienne Westwood dan Betsey Johnson ini. Garis desainnya yang feminin dan fun hadir melalui permainan tabrak motif, siluet volume dengan waist line yang ramping “Potongan ramping membuat tubuh proporsional” Tambahnya. Ikon fashion dari kalangan selebriti dunia selalu menjadi basis inspirasinya bahkan klien-kliennya sendiri. Beberapa siluet fashion era lampau selalu menginjeksi ia untuk membuatnya lebih segar “Fashion itu selalu berputar, kadang siluet busana dari era sebelumnya namun diolah dengan karakter fashion era kini. Saya biasanya menggarap dengan karakter lebih muda melalui pilihat material, motif dan warna yang bernapas muda yang dinamis.” Ungkap desainer yang baru dua tahun bergabung di IPMI ini.
Barli Asmara
Detail craftsmanship yang prima dan unik selalu membawa desainer kelahiran 3 Maret 1978 ini dikenal dan dicintai penikmat fashion. Pengerjaan tangan untuk detail dan tekstur pakaian seperti macrame. smoked, simpul dan braid membuat kreasi busananya dikenakan banyak selebriti dan kalangan fashion. Nuansa feminin juga masih terjaga dengan potongan busana mini, transparan ataupun detail volume. Warna-warna natural dan komposisi pastel yang lembut juga banyak hadir pada gaun-gaun yang dikenakan para kliennya. Pria yang menjadi desainer fashion secara otodidak ini berlatar Ilmu Komunikasi di The London School of Public Relation Jakarta. Hasil ketekunannya dalam belajar dan bersosialisasi berhasil membawa lini pakaiannya berkembang, seperti melansir lini kedua Sui yang memproduksi pakaian khusus wanita berkerja bersama sahabatnya dan lini busana bermaterial etnik untuk koleksi wanita dan pria di beberapa gerai belanja di Jakarta.
ERA SOEKAMTO
Label Urban Crew yang sempat bergaung di perjalanan fashion Indonesia di akhir 90-an membawa nama desainer lulusan Lassale College Singapura ini hadir di peta fashion tanah air. Perancang yang mengagumi Christian Dior, Tom Ford dan Audrey Hepburn ini juga sempat menjadi dosen di sekolah fashion di Jakarta dan aktif menjadi pembicara program acara fashion. Kreasi Urban Crew yang berjiwa muda, urban dan napas eklektik untuk pria dan wanita modern memantapkan dirinya untuk melansir label utama khusus wanita matang yang bermaterial kain-kain bangsa. Nuansa kontemporer dan lady-like menjadikan kreasi busana bermaterial kain tradisional hadir lebih elegan.” Dalam berkarya saya selalu terinpirasi oleh sejarah dunia dan Indonesia, contohnya saja Kerajaan Majapahit.”Ungkap desainer yang mengangkat budaya Jawa dan Bugis pada koleksi trend show IPMI 2012 Oktober lalu.
TRI HANDOKO
Ketakutan manusia akan hari kiamat menjadi titik inspirasi desainer Tri Handoko ”Big Bang, adalah koleksi yang membuat setiap individu tetap berpikir positif dan memiliki pengharapan bukan sebaliknya.” Ungkap desainer yang bergabung di IPMI sejak 2002. Garis rancang structured membuat setiap koleksi busana wanita terlihat lebih strong dan modern. Potongan tailored pada setelan, blazer, terusan dan celanan pantalon sempat mendapat pujian khalayak di peragaan koleksi tahun 2004. Desainer yang sempat bersekolah di Susan Budihardjo dan School of Visual Arts di Sydney ini sellau mengedepankan rancangan yang berdaya pakai tinggi “Lini busana ready to wear harus dikembangkan agar bisa dinikmati dan mudah dikenakan banyak orang” Tambah desainer yang sempat menjadi asisten Biyan dan Aex AB ini.
TUTY CHOLID
Kerja sama dengan pengrajin lokal penghasil kain tenun yang mulai dijalin sejak 2008 yang memantapkan Tuty Cholid untuk terus mengeksplorasi garis rancang etnik yang anggun. Beragam kain tenunan mulai dari ikat, sungkit dan kain ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Seperti pada show tahunan IPMI, Tuty mengangkat kain tenun dengan siluet baju bodo yang longgar asal Sulawesi dengan warna-warna terang seperti oranye dan biru. Kecintaan desainer kelahiran 1961 terhadap kain tradisional jenis tenunan sempat membuatnya sebagai pemenang silk competition selama dua tahun berturut-turut di ajang Queen Sirikit Silk Competition. Pada 2008 dan 2009 lalu.
VALENTINO NAPITUPULU
Kain-kain ulos asal Sumatra Utara yang juga merupakan kampung halaman Valentino Napitupulu ini sempat menjadi material andalan pada koleksi busananya. Namun kini, eksplorasi gaun koktil berpotongan elegan menjadi wadah inspirasi yang baru. Tahun ini tajuk “The Touch of Art” dipilih mantan pemenang ke tiga lompa perancang mode 1983 ini untuk menggelar koleksi gaun koktil mini berdetail floral khusus wanita dan koleksi baru khusus pria yang bergaya tailored dan stylish. Perjalanan kariernya sebagai desainer fashion sejak 1986 membuat lini utama pakaiannya semakin berkembang seperti melansir koleksi kebaya dan uniform yang aktif hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment