WORK OF HEARTS
Ladies, dunia fashion menjadi indah jika semua berbasis
dari hati dan dijalani dengan sepenuh hati. Desainer fashion Tri Handoko
berbagi hanya untuk Cosmo.
Signature
style dari desainer fashion yang tergabung di IPMI (Ikatan Perancang Mode
Indonesia) ini : structured, sentuhan androgini, clean dan sexy.
“Karakter sexy yang saya desain adalah sexy yang tidak vulgar,
sentuhan atau potongan seksi tapi strong, powerful dan smart”,ungkap
desainer kelahiran Blitar, Jawa Timur ini.
“Saya sempat mengenyam pendidikan fashion
di Susan Budihardjo, Jakarta dan
School of Visual Arts di Sydney. Pengalaman menjadi asisten desainer
Biyan, tinggal di Bali dan melansir label fashion atas nama sendiri pada tahun
2000. Tahun 2004-2005 merupakan tahun yang paling saya banggakan, saya banyak
mendapat penghargaan tahun itu. Berpartisipasi untuk fashion show di
Bazaar Fashion Concerto adalah salah satu impian saya yang terwujud”
“Kepribadian
saya itu moody-an, saya lebih menganggap diri saya sebagai seniman
ketimbang fashion designer. Saya cuma bisa kerja dengan hati, walau bisnis fashion itu juga ada
pertimbangan soal materi, namun saya belum memiliki tim management
profesional. Itu mungkin yang menjadi kekurangan saya dan beberapa desainer
Indonesia”
“Saya
mengidolakan desainer fashion Antonio Marras, Miuccia Prada dan Alexander
McQueen”
“Saya
memilki profesi atau citra sebagai desainer fashion karena pengakuan dari
masyarakat bukan dari saya sendiri.”
“Dalam
berkarir saya selalu percaya dengan adanya regenerasi, ada desainer yang sudah
tak bersinar lagi ada pula yang tetap bersinar begitupun dengan yang baru
mereka lahir dan mengikuti seleksi alam. Saya bangga di era sekarang banyak
desainer muda yang berani untuk merancang busana yang beda dan segar, itu suatu
kemajuan. Karena saya yakin apa yang saya dapat terutama di dunia kreatif
seperti fashion, talenta yang didapat adalah hadiah istimewa dari Tuhan. Jika
saya harus berhenti, saya siap berhenti dari industri ini”
“ Inspirasi
saya bisa datang dari film, buku dan musik. Era 20an adalah era yang paling
saya cintai, tapi saya menggemari life style-nya seperti gaya penarinya
dan kehidupan para pencinta jazz”
“Saya
desainer yang tidak mengikuti tren, saya biasa melawan tren dan tidak mau
menjadi follower. Saya mendesain yang selalu membuat saya bahagia,saya memang
cukup idealis”
“Wanita
yang mencintai koleksi busana saya adalah komunitas wanita yang memilki personal
style yang kuat. Mereka memiliki karir, uniqueness, prestasi dan
tahu apa yang mereka mau dan butuhkan. Seperti Nia Dinata, Becky Tumewu dan
Aida Nurmala. Dulu mereka awalnya datang ke saya khusus untuk membuat setelan –
elemen fashion yang menjadi ciri khas saya-. Bahkan beberapa sahabat terdekat
saya sekarang awalnya adalah klien saya. Contohnya saja penyiar Dave Hendrik
yang sekarang menjadi sahabat bahkan rekan bisnis untuk lini mens
wear yang baru kami lansir tahun ini: 3D.”
“Menurut
saya merancang busana bernuansa tailor sangat sulit, ketepatan jahitan
pada pola dan garis harus teliti karena jika terjadi kesalahan akan terlihat
jelas. Saya cukup sabar soal itu, bahkan saya sering terjun langsung ke
produksi mulai dari seleksi material dan pembuatan pola. Material katun,
organza hingga linen sangat saya
gemari, biasanya perpaduan material dan
motif seperti garis menjadi “lahan” kreativitas saya.”
“Saya
membuat koleksi maksimal dua koleksi untuk satu desain. Saya tidak mau membuat
persis sama antar satu klien dan klien lainnya. Saya senang mengeksplorasi desain
lain untuk pelanggan saya, dan klien saya juga memiliki karakter individual”
“Saya
senang membaca buku filosofi dan novel. Saat ada waktu luang sayaberlibur , tak
perlu mahal asal semua otentik dan bisa melepaskan sejanak rutinitas yang ada.”
No comments:
Post a Comment