A
CONTOVERSIAL FASHION
Berani
mencoba sesuatu yang baru dan kontroversial pada fashion membuat
hidup lebih berwarna, seperti yang Priyo Oktaviano alami.
Oleh,
Adi Surantha
“Kini
saya sedang mempersiapkan studio fashion dan show room
saya yang baru di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta dan fashion
show saya di Paris.”
“Koleksi
lini kedua saya, Spouse berkonsep ready-to-wear dan saya akan
persiapkan tim kreatif sendiri. Edgy, young, androgyny, urban
spirit dan mudah dipadankan dengan elemen lain ada ciri khasnya.”
“Dalam
hidup itu harus ada pro dan kontra. Begitupun dalam hal desain saya
tidak ingin mengulang saat merancang busana. Ikutin market demand
boleh, tapi tetap dengan konsep yang beda dan matang. Saya sempat
mencoba menggarap desain dengan material khusus baju penyelam, sofa
hingga kulit eksotis pada desain saya”
“Saya
juga senang mengeksplorasi kain tradisional seperti ikat dan batik
namun dihadirkan dengan sentuhan individual, gaya desain yang segar
dan relevan dengan gaya hidup sekarang. Ini merupakan tantangan untuk
memberikan imajinasi dalam berkreativitas. Saya suka juga dengan kain
tradisional karena gemar traveling.”
“Sepanjang
karier saya sebagai seorang desainer selama kurang lebih satu dekade,
saya merasa proses pembuatan suatu koleksi tersebut adalah yang
paling berharga untuk saya. Saya tak pernah bosan pada profesi ini,
saya memang workaholic karena cinta pada bidang ini.”
“Koleksi
bernuansa etnik kerap saya lansir dengan gaya lebih feminin karena
pasarnya tetap menjanjikan. Sejak berkerja sama dengan komunitas
Cita Tenun Indonesia (CTI) beragam tenunan saya eksplorasi terutama
material tenunan dari Bali.”
“Selain
desain, tren dan mengerti kebutuhan pelanggan, seorang desainer juga
harus memahami industri tersebut secara totalitas. Seperti
memerhatikan perilaku konsumen hingga price range yang tepat
untuk lini bisnisnya. Seorang fashion designer itu berkerja di
bidang jasa, jadi service dan
lainnya harus juga harus diprioritaskan.”
“Tenun
Rangrang dari Bali bagian timur adalah material yang terakhir saya
eksplorasi. Saya melakukan pembinaan bagi pengrajinnya di daerah
asalnya.”
“Sekolah
fashion itu penting bagi desainer fashion. Desainer
bisa mengerti buat konsep, menciptakan tekstil, bisnis, strategi dan
marketingnya.”
“Setiap
pengalaman dalam berkerja (Priyo sempat berkerja di rumah mode
Balenciaga saat di Paris-red) membuat sistem berkerja semakin matang
dan rapi. Saya sangat sistematis, mengontrol setiap detail produksi,
promosi hingga penyesuaian sumber daya manusia yang ada.”
“Inspirasi
global seperti Bali, Jepang, Tibet hingga India menjadi ide dalam
merancang. Tapi Bali menjadi favorit saya. Culture, pilihan
warna, tata busananya, masyarakatnya hingga atmosfirnya yang
inspiratif.”
“Saya
lebih memerhatikan karya kreativitas seorang desainer, walau di sini
kepribadian setiap kreator juga turut menjadi pertimbangan.”
“Kini
fashion Indonesia jadi lebih enerjik, wearable dan ciri
khas sendiri. Setiap penikmatnya mempunyai banyak pilihan gaya
busana.”
“Lini
busana pria dan uniform tetap dalam lini Spouse berdasar price
range. Semua ada tim-nya. Untuk lini busana anak dan home ware
belum. Khusus lini busa pernikahan tetap berada di bawah lini Priyo
Oktaviano Couture.”
“Presentasi
busana di luar negeri yang telah banyak saya lakukan disambut dengan
baik oleh market di sana. Potongan busana bergaya edgy
diterima dan laku seperti lini Spouse saya.”
“Setiap
wanita harus mandiri dan mengetahui yang diinginkannya dan dijalankan
dengan sistem menurutnya sendiri. Kepercayaan diri juga harus ada,
sehingga apa yang dikenakan tetap tampil untuk memberikan kekuatan
pada dirinya.”
“Koleksi
saya hadir di department store di pusat perbelanjaan di
Jakarta seperti Metro Department store , Harvey Nichols di Dubai dan
lainnya. Saya juga berkontribusi untuk merancang koleksi terbatas
dengan label batik seperti Danar Hadi dan Batik Keris.”
“Memproduksi
tenuanan ikat itu cukup lama hingga 3-6 bulan tergantung dari
kehalusan pilihan bahan, pilihan jenis bahan dan tingkat kesulitan
produksinya.”
“Saya
melansir label fashion saya di 2002 setelah lulus dari sekolah
fashion ESMOD,
Paris.”
No comments:
Post a Comment